Jumat, 26 April 2013

Nothing Like Us #Oneshoot




 “mungkin memang kita harus mengakhiri segalanya” suara seorang gadis berpenampilan 
casual memecahkan keheningan dimalam itu.

“apa yang kau bicarakan ? aku tak mengerti !” ucap lelaki yang ada didepannya. Mereka kini tengah berdiri berhadapan di pinggir laut yang sunyi. Tentu saja terasa sangat sunyi, dua orang itu saja berdiri disana tepat jam 12 malam. Mereka bahkan tidak memperdulikan kulit-kulit mereka yang seolah meronta menginginkan kehangatan, deburan-deburan ombak yang berjalan secara halus membasahi kedua kaki mereka.

“jangan berpura-pura tidak mengerti, kau tau benar apa masalah yang kita hadapi ! aku tidak dapat bertahan seperti ini selamanya justin ! mereka seolah tak mengijinkan kita bersama, aku juga tak mungkin membiarkanmu jatuh demi aku, aku takkan setega itu, jadi ku mohon mengertilah..” gadis itu mendesah kecil di akhir ucapannya. Sedangkan lelaki yg di panggil dengan sebutan ‘justin’ itu tampak terdiam dengan ekspresi datarnya.

“kita sudah membicarakan ini berkali-kali dear, dan kau telah berjanji untuk tidak mengucapkan kata terkutuk itu ! jangan pernah ucapkan kata berpisah ! karna kau tau benar, bahwa kita berdua akan sama-sama terluka jika itu terjadi. Dan aku sangat mengerti dirimu, tidakkah kau melihat itu ?” ucap justin dengan nada melembut sembari mengusap pipi gadisnya dengan lembut.

“aku tahu, maafkan aku. Tapi keputusanku kali ini sudah bulat justin. Kau dan aku sama-sama memiliki calon tunangan yang di jodohkan oleh orang tua kita, aku tak mampu untuk mengecewakan mereka, aku juga tak ingin membuatmu di cap sebagi anak yang tak tau diri, lagi pula kedua orang tua mu tak menyukaiku. Sekeras apapun aku berusaha untuk membuat mereka menyukaiku, itu takkan terjadi. Dan jikalau kita bersama, karier mu akan hancur olehku”

“aku tidak peduli akan karierku dan mereka”

“jangan egois justin ! kau juga harus pikirkan perasaan mereka”

“buat apa aku memikirkan perasaan mereka jika mereka saja tak pernah menghargai perasaanku”

“setidaknya, lakukan ini demi aku”

“aku tetap tidak bisa”

“lalu apa maumu ?” kali ini wanita itu berteriak dengan keras melepaskan segala gejolak amarah yg di tahannya akhir-akhir ini.

“aku hanya ingin kita bersama, sebenarnya apa alasanmu menginginkan kita berpisah ? apakah kau sudah tidak mencintaiku lagi ?”

“jika kujawab ya, apakah kau mau agar kita berpisah ?” ujar wanita itu dengan mata yg berkaca-kaca

“kau bohong”

“jika memang itu kenyatannya, kau bisa apa ? hatiku telah direbut oleh calon tunanganku, sekarang bisakah kita berpisah ?”

“Rachel Swan Neptune, berhenti untuk mengatakan kata terkutuk itu !!!!”
Gadis itu tersentak saat justin mengucapkan nama lengkapnya, itu pertanda bahwa dia tengah emosi sekarang. Justin tak pernah memanggilnya dengan nama lengkapnya, dia hanya melakukan itu saat dia tengah marah. Dan sekarang dia marah. Rachel memejamkan kedua matanya untuk sejenak, menerima kata-kata kotor yang akan di ucapkan oleh justin. Namun kata-kata itu tak juga terlontar, alih-alih justin memeluk Rachel dengan erat.

“maaf maaf telah membuatmu takut, dan jika memang itu maumu, baiklah aku akan menurutinya, kita berpisah. Berbahagialah dengan tunanganmu, jangan pernah menangis lagi. Setidaknya aku melepaskanmu karena aku tak ingin melihatmu selalu menangis bila didekatku”
Justin melepaskan pelukannya saat Rachel mulai membuka matanya. Dapat dilihatnya bahwa justin tengah tersenyum padanya, senyuman getir dan berbalik berjalan menjauhinya.

“terimakasih justin, dan berbahagialah dengan tunanganmu” teriak Rachel saat kesadaran mulai mengambil alih angannya.

“aku tak kan pernah berbahagia Rachel, karna tunanganku telah menikah dengan sahabatku tadi pagi” aku justin dalam hatinya.


Pria itu terduduk di pojok kamarnya yang berantakan, kedua matanya terpejam. Kamarnya penuh dengan botol-botol alcohol, ekstasi, putung rokok dan pecahan pecahan kaca. Bahkan darah masih menetes di atas ubin kamarnya. Semalam dia sangat kacau, dia bahkan menghancurkan kaca lemari dengan tangannya. Sebuah deritan kecil dari pintu mampu membuat justin –pria yg terduduk tadi- membuka kedua matanya.

“astaga justin ! apa yang kau lakukan dengan kamarmu ???” ucap Caitlin, sahabat kecilnya dan juga gadis yg sebenarnya akan ditunangkan dengannya.
Justin hanya mendengus singkat dan memejamkan matanya lagi tanpa memperdulikan keberadaan Caitlin disana.

“hey ada apa dengan mu ? kau terlihat…. Kacau ! sangat kacau !”

“justin ! jawab aku !” teriak Caitlin karna justin tak kunjung meresponnya.

“ck pergilah, jangan mengurusku, dimana suamimu ? kurasa dia menjanjikanku sebuah tiket ke London hari ini” ucap justin pada akhirnya.

“ tiket ? ke London ? kau akan pergi ? lalu bagaimana dengan Rachel ?”

“kami telah berpisah semalam”

“ jadi itu alasan kau kacau hari ini ? dan undangan ini ?”
Seketika justin langsung membuka matanya dan merebut kartu undangan yang ada di jemari Caitlin.


‘Mario Maurer and Rachel Swan Neptune’


Entah ini berlebihan atau apa, namun mata justin seolah memanas dalam sekejap. Merasakan kumpulan air itu akan segera mengalir dengan mulus ke pipinya. Justin mendongakkan kepalanya, mencegah air mata itu agar tidak jatuh.

“dari mana kau dapatkan ini ?”

“aku mendapatkannya terjatuh didepan pintu rumahmu. Aku pikir kau sudah tau tentang hal ini”

“aku memang sudah tahu, tapi aku tidak tahu jika mereka akan bertunangan malam ini”

“datanglah”

“apa maksudmu ? kau menginginkan aku datang dan terluka melihat kebersamaan mereka ? tidak terima kasih, tentu tidak !”

“well, itu terserah padamu, setidaknya kau dapat melihatnya untuk yg terakhir kalinya sebelum kau pergi ke London” hening sejenak, justin tampak berpikir dengan serius dan menganggukkan kepalanya.




Lampu-lampu kecil tampak menghiasi taman yang terletak dirumah Rachel, dentuman music samar samar terdengar sampai luar rumah. Justin berjalan dengan senyum palsunya dan mulai menyapa teman-teman yg dikenalnya saat dia memasuki ruang acara. Dia melihatnya, mantan gadisnya. Gadis itu terlihat cantik dengan dress biru tanpa lengan selutut yg dipakainya. Dan…. Senyumnya. Dia tampak bahagia dengan tunangannya. Justin menghampiri Rachel dan Mario. Rachel sempat terkejut melihat justin datang, pasalnya dia tak mengundang justin pada acara ini. Justin tampak bersalaman ala lelaki dengan Mario.

“selamat atas pertunanganmu Mario” ucap justin dengan senyum tulusnya.

“ya, terimakasih, dan aku tak mengira kau akan datang dengan undangan yg kukirimkan kemarin”

“tentu saja aku akan datang, mungkin aku akan membawakan sebuah lagu untuk malam ini, bolehkan ?”

“tentu, kau bisa menyanyikannya sekarang”

“baiklah, terima kasih. Aku akan kesana sekarang” justin berjalan menuju sebuah piano putih yang terletak disudut ruangan.

“ini untuk terakhir kalinya” bisik justin sesaat sebelum memakai mig kecil di telinganya.

“hai semua, sebelumnya saya meminta maaf telah mengganggu kenyamanan saudara sekalian, tapi saya berdiri disini untuk menghibur saudara sekalian dengan sebuah lagu yang akan saya nyanyikan” setelah mengucapkan hal itu, justin duduk dan mulai memainkan intro lagunya dengan piano putih didepannya.


Lately I’ve been thinking,
Thinking what we had,
And I know it’s hard, it was all that we knew

Have you been thinking ?
To take all the pain away,
I wish that I could give you what you deserve

Mata Rachel mulai memanas dan tanpa bisa berpaling dari justin, dia hanya mampu menggenggam gelas yg dipegangnya dengan erat untuk mengendalikan emosinya.

Cause nothing can ever, ever replace you
Nothing can make me feel like you do,
You’d know there’s no one, I can relate to
I know we won’t find a love that’s so true

Beribu-ribu jarum seakan menusuk hati mereka, mereka sama-sama tak mampu untuk berpisah. Gejolak kerinduan itu selalu hadir saat mereka saling berjauhan dan sangat menyakitkan bagi mereka untuk menerima kenyataan.

There’s nothing like us,
There’s nothing like you and me,
Together trough the storms
There’s nothing like us,
There’s nothing like you and me, together…

Justin menyanyikan lagu ini penuh dengan penghayatan, matanya tak pernah lepas dari Rachel. Dia menyanyi sambil menatap mata Rachel, setidaknya ini lagu terakhir yang akan ia nyanyikan dihadapan Rachel. Lagu perpisahan sebelum Rachel menjadi milik orang lain. Lagu terakhir nya di kota ini, Toronto.

I gave you everything baby, everything I had to give,
Girl, why would you push me away ? yeah
Lost in confusion, like an illusion,
You know I’m used to making your day,
But that is the past now,
We didn’t last now,
I guess that this is meant to be..

Bukannya Rachel tidak mengerti akan alur lagu ini, justru dia sangat paham. Lagu ini membuatnya semakin merasa risau, semakin membuatnya sakit, membuatnya untuk memikirkan ulang tentang keputusannya, membuatnya merasa….. bersalah. Apakah keputusan yg di ambilnya telah salah ? tapi ini juga demi kebaikan justin sendiri. Dia tidak egois, benar, dia tidak egois. Rachel berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri walaupun sebelah hatinya tidak begitu yakin.

Tell me, was it worth it ?
We were so perfect
But baby, I just want you to see

There’s nothing like us,
There’s nothing like you and me,
Together trough the storms
There’s nothing like us,
There’s nothing like you and me, together…

Justin mengakhiri lagunya dengan sebuah tetesan air mata di pipinya, namun dia cepat cepat menghapusnya dan bangkit berdiri. Dia memberikan sebuah senyuman palsunya lagi.

“well, ini adalah lagu terakhirku disini, si Toronto.”

“kau mau kemana justin ?” Tanya salah satu sahabatnya, chaz.

“aku akan pergi ke London malam ini” justin tersenyum lagi, senyum pedih. Sahabat-sahabatnya langsung menghampirinya dan memberikan pelukan perpisahan.

“hey bukankah ini akan menjadi pesta berbahagia karna aku akan bertunangan dengan Rachel ? kenapa pesta ini menjadi pesta perpisahan kalian ?” ujar Mario secara tiba-tiba. Mario memang sempat merasa sebal karena dia tahu Rachel sempat meneteskan air matanya saat justin mengakhiri lagu itu.

“maafkan aku Mario, well mungkin aku harus segera pergi sebelum ketinggalan pesawatku” justin tersenyum dan berjalan pergi tanpa melihat Rachel yang kini tengah menangis dengan sempurna.

“apakah aku mengambil keputusan yang salah ?” lirih Rachel, namun tiba tiba segala yang dilihatnya menjadi gelap, yang mampu dia dengar hanyalah teriakan teman-temannya yang memanggil namanya dan secara perlahan-lahan melemah dan menghilang tanpa bekas.


Sebuah sinar-sinar dari kamera-kamera paparazzi tak henti hentinya menyorot sebuah pemuda dengan model rambut spike dan kaca mata hitamnya yang turun dari pesawat pribadinya. Pemuda itu memakai kaos hitam dan jins putih. Dia tampak tersenyum pada semua paparazzi dan fans nya yang menunggu di bandara. Ketika dia melintasi bandara, semua orang yang ada disana langsung menyerukan namanya. ‘justin’ !

“justin, apa yang membuatmu kembali kemari ?”

 “justin, kabarnya kau memiliki pengalaman yang buruk disini, bolehkah kami tahu apa itu ?”

“justin, apakah kau sudah memiliki pacar ?”

“justin, apakah ada seseorang yang pernah menarik perhatianmu ?”

Sekiranya begitulah salah satu pertanyaan dari para paparazzi sepanjang justin berjalan menuju mobilnya, dan selama itu pulalah dia hanya tersenyum menanggapi pertanyaan paparazzi.

“kita mau kemana ?” Tanya Kenny, bodyguard justin.

“hmm, antarkan aku ke st.deep , aku ingin bertemu dengan seseorang”


“kenapa kau tidak memberitahunya ?” ucap Caitlin pada gadis yang menyiram bunga di sebelahnya.

“apa ?dan… siapa ?” Rachel –gadis itu- menghentikan aktifitasnya dan menoleh kea rah Caitlin.

“justin. Kenapa kau tidak memberitahunya ?”

“tentang ?”

“kau tau betul maksudku”

“aku…….. aku hanya tidak ingin mengganggu karirnya. Dia sangat terkenal sekarang, lalu bagaimana jika aku tiba-tiba memberitahunya tentang berita itu ? dia pasti akan kemari dan mengundurkan diri dari karier nya.”

“kau tau, justin tadi pagi telah sampai di Toronto”

“maksudmu ?”

“dia kembali kemari, tapi aku tidak tahu apa tujuannya kembali kemari. Dia tidak menghubungiku dan zayn. Aku saja tahu dari berita di tv pagi ini”
Rachel mendadak jadi beku dengan nafas tercekat, pantas saja jantungnya berdetak lebih cepat pagi ini. Haruskah dia merasa takut ataukah senang ? dia tidak tahu.

“temui dia dan jelaskan semuanya padanya”

“aku.. tidak bisa”

“apakah sesulit itu bagimu untuk mengatakan yang sebenarnya ?”

“ya. Aku tidak bisa dan tak akan tega untuk merusak karirnya”
Kedua gadis itu sama-sama diam sampai mereka mendengar sebuah suara familiar yang muncul di balik badan mereka.

“berhenti mengatakan hal itu ! aku sudah muak mendengar alasan konyolmu itu. Sekarang ceritakan apa yang sebenarnya terjadi ?” ucap seseorang itu.

“justin ?” kedua gadis itu tampak kaget akan kehadiran justin yang kini berdiri di depan pintu. Justin mulai melangkah kedepan mereka dan berhenti tepat 1 meter di depan mereka.

“umm sebaiknya aku pergi dahulu” Caitlin pergi meninggalkan justin dan Rachel berdua di taman rumah Rachel.

“kenapa kau bisa ada disini justin ?” ucap Rachel pada akhirnya.

“aku menunggu” Rachel tampak mengerutkan keningnya bingung, sebelum akhirnya justin membuka suaranya kembali.

“aku menunggu kau menjelaskan sebuah kebenaran padaku sekarang !” tatapan justin tampak menyorot mata Rachel tajam. Seolah elang yang akan memangsa sebuah ikan.
Rachel menghembuskan nafasnya berat, lalu dia duduk di kursi teras rumahnya diikuti oleh justin yang duduk disebelahnya.

“saat kau meninggalkan pesta pertunanganku saat itu, aku langsung jatuh pingsan. Dan saat aku bangun, aku sudah ada di rumah sakit. Dokter berkata bahwa umurku tak akan lama lagi, aku mengidap jantung lemah.” Rachel memulai ceritanya dengan tatapan kosong seolah mengingat kembali masa-masa kelamnya. Justin menggenggam jemari Rachel dengan lembut dan sorot mata seakan meminta maaf.

“haha aku tidak apa, lalu aku menghabiskan waktu-waktu ku bersama obat-obatan dan berbaring di bangkar rumah sakit. Beberapa minggu setelah itu, aku mendengar bahwa kau mulai terkenal. Kau bahkan mengadakan tour di Negara-negara manapun. Aku sungguh bahagia, sungguh ! aku bahkan terharu saat mendengarnya. Tapi kemudian aku melihat berita bahwa kau tengah dekat dengan seorang artis bernama selena dan aku melihat gambarmu bersamanya tengah berciuman. Aku tidak mengerti, tapi hatiku lah yang mengerti. Hati ini seakan ditusuk oleh ribuan jarum yang tajam, mataku bahkan seakan di bakar. Aku marah, aku sedih, aku juga merasa terluka” mata Rachel mulai berkaca-kaca mengenang masa-masa itu.

“maafkan aku, dan sebenarnya aku tak pernah mencium gadis manapun kecuali dirimu. Saat itu aku sedang melepaskan kancing lenganku yang tersangkut dengan anting selena. Maafkan aku, aku tak bermaksud untuk melukaimu” ujar justin sembari mengusap pipi Rachel dengan sebelah tangannya, sedangkan yang sebelah lagi masih tetap menggenggam tangan Rachel erat.

“setelah itu aku mengalami colabs, dan dibawa ke UGD. Dokter melakukan sesuatu pada tubuhku, aku tidak tahu pasti apa itu. Namun setelah dokter itu selesai, aku mendengar bahwa Mario mengalami kecelakaan saat datang untuk menemuiku. Dia meninggal, dn sebelum dia meninggal, dia mengatakan untuk mendonorkan jantungnya untukku. Aku kembali dalam keadaan kritis. Entah bagaimana, aku terbangun dengan jantung baru yang kuyakini milik Mario. Aku tidak menangis, aku juga tidak bersedih saat itu. Aku justru menanyakan kabar tentangmu pada Caitlin, dan dia menceritakan segalanya padaku. Ibuku yang awalnya marah karna aku selalu menanyakanmu, kini dia menerima mu.” Lanjut Rachel.

“aku minta maaf” ujar justin dengan lembut.
“untuk ?”
“karna aku tidak ada saat kau membutuhkanku, karna aku tlah membuatmu colabs, karna aku telah membuatmu menangis, karna aku telah membuatmu terluka, karna aku..”
Kata-kata justin terhenti saat Rachel mencium bibir justin, ciuman itu hanya sesaat dan sekedar menempel. Namun itu berdampak dasyat bagi mereka berdua. Rachel hanya tertunduk malu dengan perbuatannya barusan.
“aku memaafkanmu” lirih Rachel, namun suara itu masih dapat didengar oleh justin.
“terimakasih” justin tersenyum dan terkekeh kecil melihat Rachel yang bersemu.

“hey kalian ! coba lihat foto ini ! bagai mana ya pendapat paparazzi tentang foto ini ?” Caitlin datang dengan senyum liciknya dan sebuah foto bergambarkan justin dan Rachel yang tengah berciuman tadi.
“sial kau Caitlin !” justin memaki sembari tersenyum melihat tingkah Caitlin yang terbilang jail.
“hahaha woopss sepertinya Rachel semakin bersemu sekarang” Caitlin tertawa meledek Rachel.
“hahaha well, Caitlin. Aku tak peduli jika kau menyebarkan foto itu pada paparazzi, karna aku akan segera menikahi wanita yang ada di dalam foto itu.” Ujar justin sembari tersenyum bangga dan memeluk pinggang Rachel secara tiba-tiba dari samping. Rachel tampak tersenyum dan semakin bersemu mendengarnya.




~THE END~


Created by. @LinaMustika143 (follow me on twitter :D )