“mungkin
memang kita harus mengakhiri segalanya” suara seorang gadis berpenampilan
casual memecahkan keheningan dimalam itu.
“apa yang kau
bicarakan ? aku tak mengerti !” ucap lelaki yang ada didepannya. Mereka kini
tengah berdiri berhadapan di pinggir laut yang sunyi. Tentu saja terasa sangat
sunyi, dua orang itu saja berdiri disana tepat jam 12 malam. Mereka bahkan
tidak memperdulikan kulit-kulit mereka yang seolah meronta menginginkan
kehangatan, deburan-deburan ombak yang berjalan secara halus membasahi kedua
kaki mereka.
“jangan
berpura-pura tidak mengerti, kau tau benar apa masalah yang kita hadapi ! aku
tidak dapat bertahan seperti ini selamanya justin ! mereka seolah tak
mengijinkan kita bersama, aku juga tak mungkin membiarkanmu jatuh demi aku, aku
takkan setega itu, jadi ku mohon mengertilah..” gadis itu mendesah kecil di
akhir ucapannya. Sedangkan lelaki yg di panggil dengan sebutan ‘justin’ itu
tampak terdiam dengan ekspresi datarnya.
“kita sudah
membicarakan ini berkali-kali dear, dan kau telah berjanji untuk tidak
mengucapkan kata terkutuk itu ! jangan pernah ucapkan kata berpisah ! karna kau
tau benar, bahwa kita berdua akan sama-sama terluka jika itu terjadi. Dan aku
sangat mengerti dirimu, tidakkah kau melihat itu ?” ucap justin dengan nada
melembut sembari mengusap pipi gadisnya dengan lembut.
“aku tahu,
maafkan aku. Tapi keputusanku kali ini sudah bulat justin. Kau dan aku
sama-sama memiliki calon tunangan yang di jodohkan oleh orang tua kita, aku tak
mampu untuk mengecewakan mereka, aku juga tak ingin membuatmu di cap sebagi
anak yang tak tau diri, lagi pula kedua orang tua mu tak menyukaiku. Sekeras
apapun aku berusaha untuk membuat mereka menyukaiku, itu takkan terjadi. Dan
jikalau kita bersama, karier mu akan hancur olehku”
“aku tidak peduli
akan karierku dan mereka”
“jangan egois
justin ! kau juga harus pikirkan perasaan mereka”
“buat apa aku
memikirkan perasaan mereka jika mereka saja tak pernah menghargai perasaanku”
“setidaknya,
lakukan ini demi aku”
“aku tetap
tidak bisa”
“lalu apa
maumu ?” kali ini wanita itu berteriak dengan keras melepaskan segala gejolak
amarah yg di tahannya akhir-akhir ini.
“aku hanya
ingin kita bersama, sebenarnya apa alasanmu menginginkan kita berpisah ? apakah
kau sudah tidak mencintaiku lagi ?”
“jika kujawab
ya, apakah kau mau agar kita berpisah ?” ujar wanita itu dengan mata yg
berkaca-kaca
“kau bohong”
“jika memang
itu kenyatannya, kau bisa apa ? hatiku telah direbut oleh calon tunanganku,
sekarang bisakah kita berpisah ?”
“Rachel Swan
Neptune, berhenti untuk mengatakan kata terkutuk itu !!!!”
Gadis itu
tersentak saat justin mengucapkan nama lengkapnya, itu pertanda bahwa dia
tengah emosi sekarang. Justin tak pernah memanggilnya dengan nama lengkapnya,
dia hanya melakukan itu saat dia tengah marah. Dan sekarang dia marah. Rachel
memejamkan kedua matanya untuk sejenak, menerima kata-kata kotor yang akan di
ucapkan oleh justin. Namun kata-kata itu tak juga terlontar, alih-alih justin
memeluk Rachel dengan erat.
“maaf maaf
telah membuatmu takut, dan jika memang itu maumu, baiklah aku akan menurutinya,
kita berpisah. Berbahagialah dengan tunanganmu, jangan pernah menangis lagi.
Setidaknya aku melepaskanmu karena aku tak ingin melihatmu selalu menangis bila
didekatku”
Justin
melepaskan pelukannya saat Rachel mulai membuka matanya. Dapat dilihatnya bahwa
justin tengah tersenyum padanya, senyuman getir dan berbalik berjalan
menjauhinya.
“terimakasih
justin, dan berbahagialah dengan tunanganmu” teriak Rachel saat kesadaran mulai
mengambil alih angannya.
“aku
tak kan pernah berbahagia Rachel, karna tunanganku telah menikah dengan
sahabatku tadi pagi” aku justin dalam hatinya.
Pria itu
terduduk di pojok kamarnya yang berantakan, kedua matanya terpejam. Kamarnya
penuh dengan botol-botol alcohol, ekstasi, putung rokok dan pecahan pecahan
kaca. Bahkan darah masih menetes di atas ubin kamarnya. Semalam dia sangat
kacau, dia bahkan menghancurkan kaca lemari dengan tangannya. Sebuah deritan
kecil dari pintu mampu membuat justin –pria yg terduduk tadi- membuka kedua
matanya.
“astaga
justin ! apa yang kau lakukan dengan kamarmu ???” ucap Caitlin, sahabat
kecilnya dan juga gadis yg sebenarnya akan ditunangkan dengannya.
Justin hanya
mendengus singkat dan memejamkan matanya lagi tanpa memperdulikan keberadaan
Caitlin disana.
“hey ada apa
dengan mu ? kau terlihat…. Kacau ! sangat kacau !”
“justin !
jawab aku !” teriak Caitlin karna justin tak kunjung meresponnya.
“ck pergilah,
jangan mengurusku, dimana suamimu ? kurasa dia menjanjikanku sebuah tiket ke
London hari ini” ucap justin pada akhirnya.
“ tiket ? ke
London ? kau akan pergi ? lalu bagaimana dengan Rachel ?”
“kami telah
berpisah semalam”
“ jadi itu
alasan kau kacau hari ini ? dan undangan ini ?”
Seketika
justin langsung membuka matanya dan merebut kartu undangan yang ada di jemari
Caitlin.
‘Mario Maurer
and Rachel Swan Neptune’
Entah ini
berlebihan atau apa, namun mata justin seolah memanas dalam sekejap. Merasakan
kumpulan air itu akan segera mengalir dengan mulus ke pipinya. Justin
mendongakkan kepalanya, mencegah air mata itu agar tidak jatuh.
“dari mana
kau dapatkan ini ?”
“aku
mendapatkannya terjatuh didepan pintu rumahmu. Aku pikir kau sudah tau tentang
hal ini”
“aku memang
sudah tahu, tapi aku tidak tahu jika mereka akan bertunangan malam ini”
“datanglah”
“apa maksudmu
? kau menginginkan aku datang dan terluka melihat kebersamaan mereka ? tidak
terima kasih, tentu tidak !”
“well, itu
terserah padamu, setidaknya kau dapat melihatnya untuk yg terakhir kalinya
sebelum kau pergi ke London” hening sejenak, justin tampak berpikir dengan
serius dan menganggukkan kepalanya.
Lampu-lampu
kecil tampak menghiasi taman yang terletak dirumah Rachel, dentuman music samar
samar terdengar sampai luar rumah. Justin berjalan dengan senyum palsunya dan
mulai menyapa teman-teman yg dikenalnya saat dia memasuki ruang acara. Dia
melihatnya, mantan gadisnya. Gadis itu terlihat cantik dengan dress biru tanpa
lengan selutut yg dipakainya. Dan…. Senyumnya. Dia tampak bahagia dengan
tunangannya. Justin menghampiri Rachel dan Mario. Rachel sempat terkejut
melihat justin datang, pasalnya dia tak mengundang justin pada acara ini.
Justin tampak bersalaman ala lelaki dengan Mario.
“selamat atas
pertunanganmu Mario” ucap justin dengan senyum tulusnya.
“ya,
terimakasih, dan aku tak mengira kau akan datang dengan undangan yg kukirimkan
kemarin”
“tentu saja
aku akan datang, mungkin aku akan membawakan sebuah lagu untuk malam ini,
bolehkan ?”
“tentu, kau
bisa menyanyikannya sekarang”
“baiklah,
terima kasih. Aku akan kesana sekarang” justin berjalan menuju sebuah piano
putih yang terletak disudut ruangan.
“ini untuk
terakhir kalinya” bisik justin sesaat sebelum memakai mig kecil di telinganya.
“hai semua,
sebelumnya saya meminta maaf telah mengganggu kenyamanan saudara sekalian, tapi
saya berdiri disini untuk menghibur saudara sekalian dengan sebuah lagu yang
akan saya nyanyikan” setelah mengucapkan hal itu, justin duduk dan mulai
memainkan intro lagunya dengan piano putih didepannya.
Lately I’ve been thinking,
Thinking what we had,
And I know it’s hard, it was all that we knew
Have you been thinking ?
To take all the pain away,
I wish that I could give you what you deserve
Mata Rachel
mulai memanas dan tanpa bisa berpaling dari justin, dia hanya mampu menggenggam
gelas yg dipegangnya dengan erat untuk mengendalikan emosinya.
Cause nothing can ever, ever replace you
Nothing can make me feel like you do,
You’d know there’s no one, I can relate to
I know we won’t find a love that’s so true
Beribu-ribu
jarum seakan menusuk hati mereka, mereka sama-sama tak mampu untuk berpisah.
Gejolak kerinduan itu selalu hadir saat mereka saling berjauhan dan sangat
menyakitkan bagi mereka untuk menerima kenyataan.
There’s nothing like us,
There’s nothing like you and me,
Together trough the storms
There’s nothing like us,
There’s nothing like you and me, together…
Justin
menyanyikan lagu ini penuh dengan penghayatan, matanya tak pernah lepas dari
Rachel. Dia menyanyi sambil menatap mata Rachel, setidaknya ini lagu terakhir
yang akan ia nyanyikan dihadapan Rachel. Lagu perpisahan sebelum Rachel menjadi
milik orang lain. Lagu terakhir nya di kota ini, Toronto.
I gave you everything baby, everything I had to give,
Girl, why would you push me away ? yeah
Lost in confusion, like an illusion,
You know I’m used to making your day,
But that is the past now,
We didn’t last now,
I guess that this is meant to be..
Bukannya
Rachel tidak mengerti akan alur lagu ini, justru dia sangat paham. Lagu ini
membuatnya semakin merasa risau, semakin membuatnya sakit, membuatnya untuk
memikirkan ulang tentang keputusannya, membuatnya merasa….. bersalah. Apakah
keputusan yg di ambilnya telah salah ? tapi ini juga demi kebaikan justin
sendiri. Dia tidak egois, benar, dia tidak egois. Rachel berusaha untuk
meyakinkan dirinya sendiri walaupun sebelah hatinya tidak begitu yakin.
Tell me, was it worth it ?
We were so perfect
But baby, I just want you to see
There’s nothing like us,
There’s nothing like you and me,
Together trough the storms
There’s nothing like us,
There’s nothing like you and me, together…
Justin
mengakhiri lagunya dengan sebuah tetesan air mata di pipinya, namun dia cepat
cepat menghapusnya dan bangkit berdiri. Dia memberikan sebuah senyuman palsunya
lagi.
“well, ini
adalah lagu terakhirku disini, si Toronto.”
“kau mau
kemana justin ?” Tanya salah satu sahabatnya, chaz.
“aku akan
pergi ke London malam ini” justin tersenyum lagi, senyum pedih. Sahabat-sahabatnya
langsung menghampirinya dan memberikan pelukan perpisahan.
“hey bukankah
ini akan menjadi pesta berbahagia karna aku akan bertunangan dengan Rachel ?
kenapa pesta ini menjadi pesta perpisahan kalian ?” ujar Mario secara
tiba-tiba. Mario memang sempat merasa sebal karena dia tahu Rachel sempat
meneteskan air matanya saat justin mengakhiri lagu itu.
“maafkan aku
Mario, well mungkin aku harus segera pergi sebelum ketinggalan pesawatku”
justin tersenyum dan berjalan pergi tanpa melihat Rachel yang kini tengah
menangis dengan sempurna.
“apakah aku
mengambil keputusan yang salah ?” lirih Rachel, namun tiba tiba segala yang
dilihatnya menjadi gelap, yang mampu dia dengar hanyalah teriakan
teman-temannya yang memanggil namanya dan secara perlahan-lahan melemah dan
menghilang tanpa bekas.
Sebuah
sinar-sinar dari kamera-kamera paparazzi tak henti hentinya menyorot sebuah
pemuda dengan model rambut spike dan kaca mata hitamnya yang turun dari pesawat
pribadinya. Pemuda itu memakai kaos hitam dan jins putih. Dia tampak tersenyum
pada semua paparazzi dan fans nya yang menunggu di bandara. Ketika dia
melintasi bandara, semua orang yang ada disana langsung menyerukan namanya.
‘justin’ !
“justin, apa
yang membuatmu kembali kemari ?”
“justin, kabarnya kau memiliki pengalaman yang
buruk disini, bolehkah kami tahu apa itu ?”
“justin,
apakah kau sudah memiliki pacar ?”
“justin,
apakah ada seseorang yang pernah menarik perhatianmu ?”
Sekiranya
begitulah salah satu pertanyaan dari para paparazzi sepanjang justin berjalan
menuju mobilnya, dan selama itu pulalah dia hanya tersenyum menanggapi
pertanyaan paparazzi.
“kita mau
kemana ?” Tanya Kenny, bodyguard justin.
“hmm,
antarkan aku ke st.deep , aku ingin bertemu dengan seseorang”
“kenapa kau
tidak memberitahunya ?” ucap Caitlin pada gadis yang menyiram bunga di
sebelahnya.
“apa ?dan…
siapa ?” Rachel –gadis itu- menghentikan aktifitasnya dan menoleh kea rah
Caitlin.
“justin.
Kenapa kau tidak memberitahunya ?”
“tentang ?”
“kau tau
betul maksudku”
“aku……..
aku hanya tidak ingin mengganggu karirnya. Dia sangat terkenal sekarang, lalu
bagaimana jika aku tiba-tiba memberitahunya tentang berita itu ? dia pasti akan
kemari dan mengundurkan diri dari karier nya.”
“kau tau, justin tadi pagi telah
sampai di Toronto”
“maksudmu ?”
“dia kembali
kemari, tapi aku tidak tahu apa tujuannya kembali kemari. Dia tidak
menghubungiku dan zayn. Aku saja tahu dari berita di tv pagi ini”
Rachel
mendadak jadi beku dengan nafas tercekat, pantas saja jantungnya berdetak lebih
cepat pagi ini. Haruskah dia merasa takut ataukah senang ? dia tidak tahu.
“temui dia
dan jelaskan semuanya padanya”
“aku.. tidak
bisa”
“apakah
sesulit itu bagimu untuk mengatakan yang sebenarnya ?”
“ya. Aku
tidak bisa dan tak akan tega untuk merusak karirnya”
Kedua gadis
itu sama-sama diam sampai mereka mendengar sebuah suara familiar yang muncul di
balik badan mereka.
“berhenti
mengatakan hal itu ! aku sudah muak mendengar alasan konyolmu itu. Sekarang
ceritakan apa yang sebenarnya terjadi ?” ucap seseorang itu.
“justin ?”
kedua gadis itu tampak kaget akan kehadiran justin yang kini berdiri di depan
pintu. Justin mulai melangkah kedepan mereka dan berhenti tepat 1 meter di
depan mereka.
“umm
sebaiknya aku pergi dahulu” Caitlin pergi meninggalkan justin dan Rachel berdua
di taman rumah Rachel.
“kenapa kau
bisa ada disini justin ?” ucap Rachel pada akhirnya.
“aku
menunggu” Rachel tampak mengerutkan keningnya bingung, sebelum akhirnya justin
membuka suaranya kembali.
“aku menunggu
kau menjelaskan sebuah kebenaran padaku sekarang !” tatapan justin tampak
menyorot mata Rachel tajam. Seolah elang yang akan memangsa sebuah ikan.
Rachel
menghembuskan nafasnya berat, lalu dia duduk di kursi teras rumahnya diikuti
oleh justin yang duduk disebelahnya.
“saat kau
meninggalkan pesta pertunanganku saat itu, aku langsung jatuh pingsan. Dan saat
aku bangun, aku sudah ada di rumah sakit. Dokter berkata bahwa umurku tak akan
lama lagi, aku mengidap jantung lemah.” Rachel memulai ceritanya dengan tatapan
kosong seolah mengingat kembali masa-masa kelamnya. Justin menggenggam jemari
Rachel dengan lembut dan sorot mata seakan meminta maaf.
“haha aku
tidak apa, lalu aku menghabiskan waktu-waktu ku bersama obat-obatan dan
berbaring di bangkar rumah sakit. Beberapa minggu setelah itu, aku mendengar
bahwa kau mulai terkenal. Kau bahkan mengadakan tour di Negara-negara manapun.
Aku sungguh bahagia, sungguh ! aku bahkan terharu saat mendengarnya. Tapi
kemudian aku melihat berita bahwa kau tengah dekat dengan seorang artis bernama
selena dan aku melihat gambarmu bersamanya tengah berciuman. Aku tidak
mengerti, tapi hatiku lah yang mengerti. Hati ini seakan ditusuk oleh ribuan
jarum yang tajam, mataku bahkan seakan di bakar. Aku marah, aku sedih, aku juga
merasa terluka” mata Rachel mulai berkaca-kaca mengenang masa-masa itu.
“maafkan aku,
dan sebenarnya aku tak pernah mencium gadis manapun kecuali dirimu. Saat itu
aku sedang melepaskan kancing lenganku yang tersangkut dengan anting selena.
Maafkan aku, aku tak bermaksud untuk melukaimu” ujar justin sembari mengusap
pipi Rachel dengan sebelah tangannya, sedangkan yang sebelah lagi masih tetap
menggenggam tangan Rachel erat.
“setelah itu
aku mengalami colabs, dan dibawa ke UGD. Dokter melakukan sesuatu pada tubuhku,
aku tidak tahu pasti apa itu. Namun setelah dokter itu selesai, aku mendengar
bahwa Mario mengalami kecelakaan saat datang untuk menemuiku. Dia meninggal, dn
sebelum dia meninggal, dia mengatakan untuk mendonorkan jantungnya untukku. Aku
kembali dalam keadaan kritis. Entah bagaimana, aku terbangun dengan jantung
baru yang kuyakini milik Mario. Aku tidak menangis, aku juga tidak bersedih
saat itu. Aku justru menanyakan kabar tentangmu pada Caitlin, dan dia
menceritakan segalanya padaku. Ibuku yang awalnya marah karna aku selalu
menanyakanmu, kini dia menerima mu.” Lanjut Rachel.
“aku minta
maaf” ujar justin dengan lembut.
“untuk ?”
“karna aku tidak ada saat kau membutuhkanku, karna aku tlah membuatmu colabs, karna aku telah membuatmu menangis, karna aku telah membuatmu terluka, karna aku..”
“karna aku tidak ada saat kau membutuhkanku, karna aku tlah membuatmu colabs, karna aku telah membuatmu menangis, karna aku telah membuatmu terluka, karna aku..”
Kata-kata
justin terhenti saat Rachel mencium bibir justin, ciuman itu hanya sesaat dan
sekedar menempel. Namun itu berdampak dasyat bagi mereka berdua. Rachel hanya
tertunduk malu dengan perbuatannya barusan.
“aku
memaafkanmu” lirih Rachel, namun suara itu masih dapat didengar oleh justin.
“terimakasih”
justin tersenyum dan terkekeh kecil melihat Rachel yang bersemu.
“hey kalian !
coba lihat foto ini ! bagai mana ya pendapat paparazzi tentang foto ini ?”
Caitlin datang dengan senyum liciknya dan sebuah foto bergambarkan justin dan
Rachel yang tengah berciuman tadi.
“sial kau
Caitlin !” justin memaki sembari tersenyum melihat tingkah Caitlin yang
terbilang jail.
“hahaha
woopss sepertinya Rachel semakin bersemu sekarang” Caitlin tertawa meledek
Rachel.
“hahaha well,
Caitlin. Aku tak peduli jika kau menyebarkan foto itu pada paparazzi, karna aku
akan segera menikahi wanita yang ada di dalam foto itu.” Ujar justin sembari
tersenyum bangga dan memeluk pinggang Rachel secara tiba-tiba dari samping.
Rachel tampak tersenyum dan semakin bersemu mendengarnya.
~THE END~
Created by. @LinaMustika143 (follow me on twitter :D )